Diberdayakan oleh Blogger.

Mengatasi Ketidaksuburan Pasangan Dengan Bayi Tabung


Setiap pasangan yang sudah menikah pastinya selalu mengharapkan kehadiran buah hati untuk melengkapkan keluarganya. Tapi sayangnya, masih banyak pasangan yang belum berjaya atau belum berhasil mendapatkan keturunan. Jika setelah enam bulan setelah menikah tidak ada tanda-tanda kehamilan, anda sebaiknya segera memeriksakan diri anda ke doktor. Karena Banyak perkara yang bisa menyebabkan kemandulan. Mulai dari faktor genetik, kualitas sel telur dan sperma yang kurang baik, sehingga keadaan rahim yang tidak sempurna.

Satu dekade ini marak dibicarakan mengenai program in vitro fertilization atau yang dikenal dengan istilah bayi tabung. Di Indonesia sendiri kelahiran bayi melalui proses bayi tabung sudah ada dari sejak tahun 1987. Proses untuk mendapatkan keturunan ini merupakan sebuah proses, di mana persenyawaan sel telur oleh sperma dilakukan di luar tubuh wanita, lalu kemudian hasil embrionya ditanamkan kembali di dalam rahim.

Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2008 ada kira-kira 3.9 juta pasangan yang tidak subur dan jumlah tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, ada 200,000 pasangan yang berpotensi melakukan proses bayi tabung. Tetapi daripada jumlah tersebut, baru kira-kira 2,000 kitaran yang dilakukan di Indonesia.

Bayi Tabung Bisa Gagal

Tahap kejayaan bayi tabung berkisar antara 40 hingga 50 persen. Tapi, tanpa bayi tabung, pasangan yang tidak subur sangat kecil kemungkinan untuk mempunyai keturunan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan proses bayi tabung gagal dan tidak berbuah kehamilan, di antaranya seperti:

1. Kualitas embrio yang dihasilkan dari pembuahan sel telur dan sperma yang kurang baik.

2. Kualitas dinding rahim yang kurang baik, sehingga tidak bisa membangunkan embrio yang sudah ditanam.

3. Dan Proses penanaman embrio yang tidak sempurna.

Selain tiga faktor tersebut, faktor psikologi juga turut memegang peranan penting. Keadaan psikologi pasangan yang tidak stabil dapat sangat mempengaruhi hasil dari proses bayi tabung ini. Persentase kejayaan dari bayi tabung ini akan semakin besar bila dilakukan dalam keadaan psikologi yang baik.

"Banyak pasangan yang mencoba bayi tabung saat sudah berumur, sehingga stres dan mendapat tekanan dari orang-orang sekitar," ungkap dr Budi Wiweko SpOG (K), Setiausaha Agung Persatuan Persenyawaan In Vitro Indonesia (Perfiti).

Yang juga sering luput dari perhatian ramai pasangan adalah kesadaran untuk memeriksa keadaan sperma pihak lelaki. Selama ini kebanyakan pasangan yang tidak subur, hanya memeriksa kesihatan wanita dan sel telur saja. Padahal, kualitas sperma lelaki juga memegang peranan penting dalam kesuburan setiap pasangan yang sudah menikah.

"Masih ramai suami yang merasa enggan atau malu untuk membuat pemeriksaan mengenai kualitas air maninya sehingga hanya fokus pada kesehatan istri nya saja. Hal inilah yang harus diedukasi kepada masyarakat bahwa melakukan pemeriksaan sperma itu bukan hal yang tabu, "ucap dr Budi.

Kejayaan proses bayi tabung sesungguhnya ada di tangan kedua belah pihak, baik suami maupun istri. Maka, setiap pasangan diharapkan dapat komited untuk menjaga kesehatan dan melakukan setiap prosedur bayi tabung dengan baik. Sehingga tahap kejayaan bayi tabung semakin besar.



0 Responses to “Mengatasi Ketidaksuburan Pasangan Dengan Bayi Tabung ”

Posting Komentar